Liputan6.com, Banjarnegara - Akhir-akhir ini, warga di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah dibuat resah oleh serangan celeng atau babi hutan dan monyet ke lahan pertanian warga.
Semenjak kemarau, intensitas serangan meningkat. Serangan celeng dan monyet itu semakin menjadi-jadi pada puncak kemarau ini.
Serangan celeng dan monyet ke lahan pertanian warga itu salah satunya terjadi di Desa Dawuhan, Kecamatan Wanayasa. Warga menduga satwa liar keluar dari hutan lantaran sumber makanan menipis pada puncak kemarau ini.
Desa ini memang dikelilingi oleh tiga gunung, yakni Gunung Wangi, Gajah dan Gunung Kendil. Satwa liar itu turun dan menyerbu tanaman warga tanpa bisa dihalau.
Perangkat Desa Dawuhan, Supriyanto mengatakan pada kemarau ini, serangan satwa liar semakin mengganas. Babi hutan dan monyet merusak kebun penduduk tanpa bisa ditangani.
Koloni monyet berjumlah ratusan itu lalu menyerang ladang dan sawah yang kini ditanami padi dan palawija. Adapun celeng, menyerang malam hari.
“Petani sudah kewalahan mengantisipasi. Siang monyet, kalau malam babi hutan,” katanya, Kamis, 26 September 2019.
Dia mengungkapkan, akhir kemarau ini semestinya petani bergembira menyambut panen raya. Masa panen kacang ijo dan jenis palawija lain biasanya tiba pada September dan Oktober.
Tetapi, akibat serangan celeng dan monyet, petani tak bisa menikmati hasil panen. Serbuan satwa liar membuat palawija rusak parah dan membuat petani rugi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Aksi Para Pemburu Tradisional dan Anjing Pemburu
Dia mengakui, serangan satwa liar itu sulit diantisipasi. Sebab, saat petani menjaga kebun, satwa liar cenderung tak mendekat. Namun, begitu ditinggal pemilik lahan, satwa liar langsung menyerbu perkebunen warga.
“Ditinggal salat, setelah kembali, sudah habis satu petak," dia menuturkan.
Untuk menekan kerugian, kata dia, sebagian petani akhirnya memilih memanen kebunnya lebih awal. Meski tanaman belum cukup umur untuk dipanen. Bagi mereka, ini lebih baik daripada tidak panen sama sekali karena lebih dulu habis dimakan hama.
Dia mengemukakan, lahan terdampak serangan babi hutan dan monyet di desanya lebih dari 20 hektare. Satwa liar itu juga menyerang lahan pertanian di desa-desa lain di Kecamatan Wanayasa.
Dia memperkirakan ratusan hektar lahan jadi sasaran serangan celeng dan monyet di wilayah Kecamatan Wanayasa. Untungnya, kawanan monyet itu belum sampai masuk ke permukiman dan menyerang warga.
Untuk menekan intensitas serangan, warga juga mulai memburu celeng dengan cara tradisional. Mereka menggunakan alat tradisional, seperti jerat, parang dan tombak.
“Ada juga anjing pemburu yang sudah terlatih,” ucapnya.
Tiap pekan, warga berkumpul untuk aksi perburuan celeng. Para pemburu berpengalaman akan memandu ke wilayah-wilayah yang diperkirakan menjadi sarang celeng.
Seringkali, bahaya mengadang para pemburu dan anjing peliharannya. Pasalnya, celeng yang dihadapi berukuran dua kali lipat pria dewasa.
“Yang dua minggu kemarin beratnya 110 kilogram,” dia mengungkapkan.
Kasih Warga untuk Satwa yang Merusak Tanaman Mereka
Namun, celeng seberat itu hanya terjadi satu kali. Lainnya, yang terbesar berbobot 80 kilogram. Rata-rata, celeng yang tertangkap berukuran sedang, kisaran 30 kilogram.
Perburuan rutin itu menuai hasil. Hanya dengan peralatan seadanya saja, dalam jangka sebulan terakhir, kurang lebih sebanyak 30 ekor celeng sudah berhasil ditangkap.
Dampak positifnya, serangan celeng menurun. Tetapi, di sisi lain, serangan monyet tetap ganas. Tiap hari, ratusan ekor monyet turun gunung dan langsung menyerbu lahan pertanian warga.
Beda dengan perlakuan ke celeng yang langsung diburu dan dibunuh, warga tak tega menyakiti apalagi membunuh monyet.
Bahkan, beberapa waktu lalu, ada seorang warga yang berhasil menjerat monyet. Tetapi, monyet itu lantas dilepas.
“Kasihan. Kita nggak tega,” katanya.
Sebab itu, warga meronda baik siang maupun malam. Siang menjaga dari serangan monyet, malamnya berjaga dari serbuan kawanan celeng.
“Kami juga tidak asal memburu. Babi hutan sudah sangat meresahkan. Dan celeng itu juga bukan hewan endemik sini,” dia menjelaskan.
September 27, 2019 at 07:00AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2n5zbj0
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment