Saturday, April 20, 2019

Seni Tolak Bala dan Berdamai ala Masyarakat Palembang

Meski namanya tradisi tepung tawar, namun dalam pelaksanaanya tidak melibatkan tepung, melainkan hanya sepiring besar ketan kunyit dan ayam panggang. Anna menerangkan sejak zaman neneknya seratus tahun lalu tepung tawar di Kota Palembang sudah menggunakan ketan kunyit dan ayam, memang agak berbeda dari tradisi tepung tawar di daerah Melayu lain seperti Pekanbaru yang benar-benar menggunakan tepung.

Tradisi tepung tawar tolak bala diawali dari diskusi keluarga mengenai permasalahan tertentu, misalnya anggota keluarga yang sering mengalami kecelakaan, barulah diputuskan untuk mengadakan tepung tawar tolak bala.

Pada hari yang sudah ditentukan, ia sebagai pemohon tolak bala membuat dan membawakan kepada anaknya sepiring ketan kunyit panggang ayam, lalu ia menyuapkan ketan tersebut kepada anaknya dengan disaksikan anggota keluarga lain, tetapi tertutup dari para tetangga.

Prosesi ditutup dengan pembacaan doa-doa selamat agar sang anak tidak lagi tertimpa celaka, setelah itu keluarga harus bersedekah nasi gemuk (nasi uduk) kepada para tetangga, dan nasi gemuk tidak boleh digantikan dengan yang lain.

"Pilihannya ada dua, pertama membagikan nasi gemuk ke rumah-rumah tetangga atau kedua mengundang para tetangga ke rumah, kami pilih yang kedua," kata Anna.

Jika mengundang para tetangga ke rumah maka bentuk acaranya seperti pengajian, ada pembacaan kitab suci Al-quran, ceramah, yasinan dan doa, namun diantara runut tersebut terdapat pembacaan syair-syair permohonan keselamatan oleh pemilik hajat tolak bala.

"Inti syair doanya adalah mengharap kepada Allah agar ditolak segala bala, ditawarkan segala penyakit, dan dikabulkan semua permintaan. Kami sangat yakin kepada Allah sebagai sumber keselamatan," tutur Anna.

Let's block ads! (Why?)



April 20, 2019 at 07:01PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com http://bit.ly/2VbaLEp
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment